Senin, 07 Januari 2019

(Penulisan 1) Hurts (Part I)

Perkenalkan namaku Oliv, sekarang aku duduk dibangku kuliah semester 7 disalah satu universitas swasta di Jakarta. Aku ingin bercerita mengenai kisahku dulu yang sudah lama terjadi.

Saat itu bulan Februari tahun 2016, saat diriku masih ada disemester awal perkuliahan, aku tak tahu tepatnya tanggal berapa, temanku bernama Renata mengenalkan aku dengan seorang lelaki, mungkin Renata tahu aku sudah tidak punya pacar saat itu, jadi dia memberikan ID Line-ku ke kakak kelas kita yang satu tempat kuliah dengan jurusan yang sama. Saat aku bertanya

"Untuk apa kamu memberikan ID line-ku? Aku saja tidak kenal" tanyaku pada Renata.

Renata menjawab "Tak apa, dia mengajakku nonton film di bioskop, tapi aku tidak suka dengan filmnya, aku tawarkan saja ke kamu, mungkin kamu mau nonton sama dia".

Malam tiba dan handphoneku bergetar tanda pesan Line masuk, aku melihat username bernama "Rafman" memberikan ku pesan "Assalamualaikum".
Lantas aku jawab "Walaikumsalam, maaf siapa ya?" 
Pesan itu menjawab "Aku Rafman, kamu benar Oliv temannya Renata, kan?"
Akhirnya pertanyaan itu aku iya-kan, lalu kita berdua asyik berbalas pesan hingga dilanjut dengan telponan sampai larut malam, pikirku "Asyik juga ya ini senior, bisa diajak ngobrol dan seru."

Sampai pada akhirnya dia mengajakku bertemu dikampus, tentu saja aku mau, menurutku tempat yang aman untuk bertemu dengan seseorang yang baru dikenal itu ditempat ramai, apalagi aku satu kampus dengan dia, aku meyakinkan diri kalau dia orang baik.

Sampailah saatnya kita bertemu untuk pertama kalinya, aku melihat seorang lelaki sedang seperti mencari seseorang, sampai saatnya aku sadar wajah dia adalah orang yang sama dengan foto orang yang chattingan denganku semalam, pandangan pertama ku kepadanya sepertinya punya daya tarik sendiri, dia tinggi, lumayan ganteng dengan senyumnya yang manis. Lelaki itu lantas datang kepadaku "Oliv ya?" 
"Iya.." jawabku.
"Oh berarti ngga salah orang ya, aku Rafman."
"Eh, iya kak Rafman, apa kabar?"
Setelah itu kita ngobrol dan agak menghabiskan waktu berdua di lobby kampus. Sebenarnya saat itu aku takut dan gelisah, karena katanya Renata suka sama Rafman, meskipun Rafman mengaku tidak memiliki rasa yang lebih ke Renata. Tapi tetap saja, Renata itu temanku, dan aku sedang berdua dengan laki-laki yang dia suka, aku takut dia marah padaku, tapi setelah ku pikir, kan dia sendiri yang mengenalkan aku dengan Rafman, jadi untuk apa dia marah.
Perkenalan itu terjadi dengan sempurna.(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar