Selasa, 08 Januari 2019

(Penulisan 2) Hurts (Part II)

Keesokan haripun tiba, aku mendapat pesan Line dari Rafman,

"Hai Oliv, mau nonton bioskop ngga siang ini?"  Begitu bunyi pesannya.

"Hah? Aduh, aku sedang ada kelas kalau sekarang. Bagaimana kalau jam 4 sore nanti?" Jawabku.

"Oh yasudah tak apa, nanti kabarkan aku lagi ya, Liv." Balasnya.

Kurang lebih seminggu sudah aku kenal dengan dia, tapi dia tak langsung mengajakku nonton, ku kira tak jadi.

"Ini perjalanan pertamaku dengan dia" pikirku dalam hati saat itu.
Waktu sudah menunjukan pukul setengah 4 sore, aku bergegas memberi kabar pada Rafman. Oh iya, Rafman tidak ingin aku memanggil dirinya dengan sebutan "Kak" meskipun dia seniorku di kampus, sampai sekarangpun aku tak tahu mengapa.
Akupun dijemput ke kampus dengannya menggunakan mobil.

"Sedang tidak ada kelas?" Tanyaku memulai pembicaraan.

"Tidak, tapi besok ada" jawabnya. "Mau nonton dimana kita, Liv?" Lanjutnya bertanya.

"Hmm, dimana saja, yang dekat sini juga boleh".

Akhirnya kita nonton bioskop disalah satu mall yang cukup mewah di bilangan Jakarta Selatan. Saat itu kami menonton film yang kebetulan sama-sama kesukaan kami dengan pemeran utama Shailene Woodley dan Theo James.

Acara filmpun selesai, sesudah itu kami memutuskan makan ditempat yang sama di dalam mall ini. Dipertengahan makan, Rafman memulai pembicaraan,

"Liv, salah ngga kalau aku nyaman sama kamu?.

"Eh? Nyaman gimana maksudnya, Raf?" Jawabku dengan intonasi menahan kaget meskipun agak gemetar. Hehe, maklum aku orangnya suka sekali nerveous tiba-tiba.

"Engga tau, aku ada rasa nyaman sama kamu, kayak ngga mau jauh dari kamu, padahal kita baru seminggu kenal".
Jawabnya sambil menatap mataku.

Sebenarnya aku bahagia dia berbicara seperti itu padaku, karena selama ini kalau teleponan aku hanya saling curhat masalah kampus ataupun masa lalu aku maupun masa lalu Rafman sendiri. Tapi, disisi lain aku merasakan nerveous yang agak dalam, hatiku merasakan senang tapi tubuhku bergetar seakan tidak percaya.

"Aku tidak bisa berkata apa-apa sebenarnya, karena aku senang kamu nyaman sama aku, akupun nyaman sama kamu, Raf". Ucapku.

"Kita lanjutin, yuk? Kamu jangan pergi dari aku ya, Oliv". Pintanya kepadaku.

Aku hanya mengangguk. Setelah itu kita pulang, tapi sebelumnya Rafman mengantarkanku ke kampus lagi karena aku bawa kendaraan tadi waktu berangkat kuliah.
...

Sebulan berlalu, kehidupan aku dan Rafman berjalan seperti biasa tapi mungkin ditambah perasaan sayang dariku untuk dia ataupun sebaliknya.
Aku bukan percaya diri, tapi dia sendiri yang pernah bilang padaku kalau dia mulai menyayangiku, dan seperti biasa akupun senang sekali.

Sampai waktunya tiba, ada pesan Whatsapp dari seseorang aku tidak tahu siapa, karena nomernya asing buatku.

"Oliv, masih ingat aku?". Begitulah bunyi pesan tersebut.

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar