Maulida Nurul Pratiwi
2SA07 / 17615735
Tugas Softskill Ilmu Sosial Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Telah kita ketahui bahwa pemuda atau generasi muda merupakan
konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai, hal ini
merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada pengertian ini.
Didalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial
sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi
pembangunan bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa dapat
diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
Pemuda adalah golongan manusia manusia muda yang masih memerlukan
pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat
melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda
di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan
dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak
mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.
Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari
baik di lingkungan keluarga ini merupakan proses yang disebut dengan
istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada
di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.
Pemuda dalam pengertian adalah manusia-manusia muda, akan tetapi di
Indonesia ini sehubungan dengan adanya program pembinaan generasi muda
pengertian pemuda diperinci dan tersurat dengan pasti. Dilihat dari segi
budaya atau fungsionalnya maka dikenal istilah anak, remaja dan dewasa,
dengan perincian sebagia berikut :
Golongan anak : 0 – 12 tahun
Golongan remaja : 13 – 18 tahun
Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas
Usia 0-18 tahun adalah merupakan sumber daya manusia muda, 16 – 21
tahun keatas dipandang telah memiliki kematangan pribadi dan 18(21)
tahun adalah usia yang telah diperbolehkan untuk menjadi pegawai baik
pemerintah maupun swasta.
Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang
berusia 18 – 30 – 40 tahun, karena merupakan calon pengganti generasi
terdahulu dan bersifat dewasa tidak bersifat anak-anak. Pengertian
pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda
berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
- Siswa, usia antara 6 – 18 tahun, masih duduk di bangku sekolah
- Mahasiswa usia antara 18 – 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan akademi
- Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka yang berusia 15 – 30 tahun keatas.
Akan tetapi, apabila melihat peran pemuda sehubungan dengan pembangunan, peran itu dibedakan menjadi dua yaitu:
- Didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan
tuntutan-tuntutan lingkungan. Pemuda dalam hal ini dapat berperan
sebagai penerus tradisi dengan jalan menaati tradisi yang berlaku
- Didasarkan atas usaha menolak menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Peran pemuda jenis ini dapat dirinci dalam tiga sikap, yaitu : pertama
jenis pemuda “pembangkit” mereka adalah pengurai atu pembuka kejelasan
dari suatu masalah sosial. Mereka secara tidak langsung ktu mengubah
masyarakat dan kebudayaan. Kedua pemuda pdelinkeun atau pemuda nakal.
Mereka tidak berniat mengadakan perubahan, baik budaya maupun pada
masyarakat, tetapi hanya berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat
dengan melakukan tidnakan menguntungkan bagi dirinya, sekalipun dalam
kenyataannya merugikan. Ketiga, pemuda radikal. Mereka berkeinginan
besar untuk mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara-cara radikal,
revolusioner.
Pemuda adalah jiwa seorang insan manusia yang memiliki ketangguhan
dan semangat yang tinggi dalam memperjuangkan revolusi dan renovasi
peradaban bangsanya menuju arah yang lebih baik. Dengan kecerdasan
intelektualnya, dia dapat melihat segala bentuk permasalahan secara
menyeluruh sehingga sering muncul ide-ide brilian sebagai solusi dari
permasalahan yang ada.
Dengan ketajaman mata hatinya, dia dapat melihat celah-celah
kenistaan dan kekejian yang ada disekitarnya untuk segera ia perbaiki
menjadi celah-celah yang mengeluarkan sinar kebaikan. Dengan kekuatan
fisiknya, dia dapat melumpuhkan mesin-mesin tirani dan monster-monster
kebiadaban yang senantiasa menghancurkan sendi-sendi keadilan dalam
masyarakat. Dengan keceriaan wajahnya, ia dapat menghibur lingkungan
sekelilingnya dengan lampu-lampu kebahagiaan.
Dengan kebersihan hatinya, dia senantiasa melakukan yang terbaik bagi
bangsa dan agamanya tanpa putus asa dan pamrih. Dengan kekuatan
spiritualnya, dia meyakini segala upaya pengorbanan merupakan aktivitas
ibadah yang akan menjadi batu bata Istananya di surga kelak.
Dengan segenap potensi dan kekuatan ini, dia merupakan matahari yang
siap mengeluarkan energi terbesarnya untuk mengawali secercah sinar
kebangkitan bagi bangsa dan nusa. Sebagaimana sebuah pepatah bahasa
Arab, ‘Kebangkitan sebuah bangsa terletak pada telapak tangan para
pemuda-pemudanya’.
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana
seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara
hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam
masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Berikut pengertian
sosialisasi menurut para ahli
- Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar
ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
- Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta
memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan
membentuk kepribadiannya.
- Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta
memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan
membentuk kepribadiannya.
- Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara
berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku
seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang
menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah
masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum
tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan
kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini
sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui
belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara
berpikir kelompoknya gar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota
masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial. Proses sosialisasi
banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang
bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai
dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik
beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan
perkembangannya.
Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan
kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi,
merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan memandang adanya pribadi
orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat
timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang
sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
- Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah
memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.
Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau
sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
- Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang
bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar
memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini
berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial
Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda
dimulai dari umur 10 tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah,
dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan sebagai mahluk
sosial, mahluk individual bagi pemuda.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang uraian di atas maka kami akan mengambil judul Pemuda dan Sosialisasi.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana proses sosialisasi pemuda ?
- Apa tujuan pokok sosialisasi ?
- Apa peranan pemuda dalam masyarakat ?
- Apa saja potensi generasi pemuda ?
- Bagaimana pengembangan potensi generasi muda ?
- Apa saja masalah generasi muda ?
- Apa faktor penyebab permasalahan generasi pemuda ?
- Apa saja usaha untuk menanggulangi masalah generasi muda ?
1.3 Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi pemuda.
- Untuk mengetahui apa tujuan pokok sosialisasi.
- Mengetahui apa peranan pemuda dalam masyarakat.
- Mengetahui apa saja potensi generasi pemuda.
- Mendeskripsikan bagaimana pengembangan potensi generasi muda.
- Mengetahui apa saja masalah generasi muda.
- Untuk mengetahui apa faktor penyebab permasalahan generasi pemuda.
- Untuk mengetahui apa saja usaha untuk menanggulangi masalah generasi muda.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini merupakan tinjauan
kepustakaan yang bertujuan untuk mempelajari buku-buku yang relevan
dengan masalah yang diteliti karena penyusun tidak melakukan tinjauan
secara langsung terhadap objek pengamatan.
1.5 Manfaat Penulisan
- Bagi Pemerintahan
Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pemuda di Indonesia agar memiliki karakter yang lebih baik.
- Bagi Dosen
Bisa dijadikan sebagai acuan dan sumbangsih dalam mengajar terutama
pada materi ini agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik
dimasa yang akan datang.
- Bagi Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sosialisasi Pemuda
Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara
berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku
seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang
menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah
masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum
tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan
kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini
sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui
belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara
berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam
kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan
dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan
lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang
mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu,
sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui
pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi
melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai
suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan
memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap
diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
- Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah
memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.
Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau
sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
- Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang
bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar
memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini
berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial.
Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda
dimulai dari umur 10 tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah,
dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan sebagai mahluk
sosial, mahluk individual bagi pemuda.
Proses sosialisasi juga adalah proses pembentukan sikap loyalitas
sosial. Loyalitas sosial atau kesetiaan sosial adalah perkembangan dari
sikap saling menerima dan saling memberi kearah ang lebih baik. Kita
sangat mudah melihatnya pembentukan kesetiaan sosial ini adalah dalam
keluarga. Setiap anggota keluarga selalu setia sesamanya. Di dalam
kelompok dan masyarakat juga kesetiaan sosial ini berkembang, sebagai
dasar kesatuan dan persatuan dalam masyarakat. Dengan kata lain
kesetianan sosial berkembang mulai dari kelompok yang sederhan hingga
kelompok yang lebih luas.
Ada minimal tiga hal yang harus dilakukan agar tumbuh dan kembangnya sikap loyalitas sosial ini yakni :
Pertama kita harus saling berkomunikasi baik dalam keadaan berdekatan
ataupun dalam keadaan berjauhan (tempat tinggal). Dengan komunikasi
yang teratur kita akan saling mengetahui kabar dan berita di antara
kita. Sakit atau senang diantara kita dapat dengan cepat kita
mengetahuinya.
Kedua, sering bekerja sama menyelesaikan berbagai persoalan hidup.
Misalnya bergotong royang atau melakukan arisan. Kerja sama dapat saja
dilakukan dalam kelompok kecil(minimal dua orang) atau pun dalam
kelompok yang besar (yang jumlah anggotanya banyak).
Ketiga, dalam kehidupan atau pergaulan sesama kita, sikap tolong
menolong harus dikembangkan. Berbagai kesulitan hidup yang kita alami
pantas kita minta tolong kepada orang lain atau teman. Begitu pula
sebaliknya bila kawan kita yang mengalami kesusahan wajib pula kita
membantunya. Tentu saja dasarnya adalah suka saling menerima dan
memberi.
Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam tahap-tahap sebagai berikut.
- Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak
mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk
memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai
melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata “makan”
yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita. Makna kata tersebut
juga belum dipahami dengan tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami
secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan cara menghubungkannya
dengan kenyataan yang dialaminya.
- Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan:
- Semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
- Mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tua, kakak, dan sebagainya.
- Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa
yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk
menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap
ini.
- Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang.
Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting
bagi pembentukan dan pertahanan diri, yakni dari mana anak menyerap
norma dan nilai (Significant other).
- Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh
peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran.
Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat
sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia
mulai menyadari adanya tuntutan untuk bekerja sama dengan
teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan
hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan
teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di
luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan
itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar
keluarganya.
- Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata
lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang
berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa
menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan dengan
orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan
perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam
arti sepenuhnya.
2.2 Tujuan Pokok Sosialisasi
- Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
- Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
- Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
- Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan
kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada
masyarakat umumnya.
2.3 Peranan Pemuda Dalam Pembangunan Masyarakat ,Bangsa dan Negara
Dalam hubungannya dengan sosialisasi geenerasi muda khususnya
mahasiswa telah melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan dapat
dijadikan contoh untuk generasi muda, mahasiswa pada khususnya pada saat
ini.
Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan
pengorbanan yang tinggi. Oleh karena segera setelah proklamasi pemuda
Indonesia membentuk organisasi yang bersifat politik maupun militer,
diantaranya KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang didirikan oleh
mahasiswa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
KAMI menjadi pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian
dikenal dengan nama orde baru (ORBA). Barang siapa menguasai generasi
muda, berarti menguasai masa depan suatu bangsa, demikian bunyi suatu
pepatah. Berarti masa depan suatu bangsa itu terletak ditangan generasi
mudas.
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai :
- Agent of change
- Agent of development
- Agent of modernization
Sebagai agent of change, mahasiswa bertugas untuk mengadakan
perubahan-perubahan dalam masyarakat kearah perubahan yang lebih baik.
Sedangkan agent of development, mahasiswa bertugas untuk melancarkan
pembangunan di segala bidang, baik yang bersifat fisik maupun non
fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa bertugas dan bertindak
sebagai pelopor dalam pembahruan.
2.4 Potensi-Potensi Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut :
- Idealisme dan daya kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada,
sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar
mampu mencari gagasan baru. Pengejawantahan idealisme dan daya kritis
perlu dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
- Dinamika dan kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki
potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan untuk
mengadakan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang
ada ataupun mengemukakan gagasan yang baru.
- Keberanian mengambil resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko
dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu
diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat
dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung resiko. Untuk itu diperlukan
kesiapan pengetahuan, perhitungan, dan keterampilan dari generasi muda
sehingga mampu memberi kualitas yang baik untuk berani mengambil resiko.
2.5 Pengembangan Potensi Gener asi Muda
Generasi muda memiliki peranan penting dalam memajukan dan
meningkatkan pembangunan. Begitu banyak potensi yang dimiliki oleh
generasi muda, mereka mampu berkarya dan berekspresi dengan bebas
,tetapi masih dalam lingkup yang sewajarnya dan tidak menyalahi aturan.
Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga,
orang tua dapat mengembangkan potensi anak mereka sejak berusia balita,
orang tua dapat mengarahkan apa dan kemana potensi yang dimiliki oleh
anak mereka sehingga lahirlah generasi muda yang memiliki potensi sesuai
minat masing-masing anak.
Generasi muda dapat mengembangkan potensi mereka melalui hoby atau
kesenangan masing-masing, contohnya jika anak menyukai musik maka ia
bisa mengembangkan potensinya dengan membuat sebuah band atau mengikuti
kursus bermain musik sehingga potensi anak tersebut redup tanpa ada
perkembangan.
Potensi generasi muda juga dapat membangun rasa bangga pada diri
sendiri. Keluarga dan negara juga merasa bangga atas potensi yang
dimiliki oleh anggota keluarga atau sebagai masyarakat. Tapi bagaimana
jika generasi muda saat ini mengisi hari mereka dengan hanya
menghabiskan uang orang tua dengan membeli barang-barang yang tidak
terlalu dibutuhkan, Sex di luar nikah, penyalahgunaan obat narkotika tak
dapat dihindari, mabuk-mabukan (minum-minuman keras), dan masih banyak
lagi hal-hal lain yang sangat menyedihkan. Disinilah peran orang tua
sangat dibutuhkan orang tua dapat mengarahkan sejak dini kemana arah
yang paling tepat dan baik untuk perkembangan anak mereka sehingga
generasi muda dapat memiliki potensi yang sangat berguna bagi nusa dan
bangsa.
Di negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah Amerika
Serikat, para mahasiswa sebagai bagian generasi muda, didorong,
dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba
menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu
bentuk barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri.
2.6 Masalah-Masalah Generasi Muda
Generasi muda dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menghadapi
berbagai permasalahan yang perlu diupayakan penanggulangannya dengan
melibatkan semua pihak. Permasalahan umum yang dihadapi oleh generasi
muda di Indonesia dewasa ini antara lain sebagai berikut :
- Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme dikalangan masyarakat, termasuk jiwa pemuda.
- Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
- Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas
pendidikan yang tersedia, baik formal dan informal. Tinggimya jumlah
putus sekolah yang tidak hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi
juga merugikan bangsa.
- Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat
pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan generasi muda
mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat
kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan
berbagai problem sosial lainnya.
- Kurangnya gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan, dan pertumbuhan.
- Masih banyaknya perkawinan dibawah umur.
- Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
- Masih adanya anak-anak yang hidup menggelandang.
- Pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala penyimpangan perilaku (Deviant behavior).
- Masuknya budaya barat (Westernisasi Culture) yang tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa kita yang dapat merusak mental generasi muda.
- Masih merajalelanya kenakalan remaja dan permasalahan lainnya.
Permasalahan tersebut akan berkembang seiring dengan perkembangan jaman
apabila tidak diupayakan pemecahannya oleh semua pihak termasuk
organisasi masyarakat, diantaranya KARANG TARUNA .
2.7 Faktor Penyebab Permasalahan Pemuda
- Kurang dalam mengendalikan diri
Dalam hal ini kita melibatkan keluarga karena keluarga merupakan
tempat awal seorang remaja membentuk karakter . Disini peran orang tua
sangat mempengaruhi perkembangan remaja dalam mengendalikan diri , orang
tua bukan hanya memberikan penjelasan tentang nilai sosial (baik
buruknya suatu perbuatan) tapi juga memberikan suatu contoh perbuatan
yang dapat dicontoh oleh remaja tersebut sehingga ketika remaja sudah
berada dilingkup sosial yang lebih luas contohnya masyarakat , remaja
tersebut akan terbiasa melakukan sama seperti apa yang dicontohkan oleh
orang tuanya .
- Kurang masa bersama keluarga
Meluangkan waktu sejenak untuk berkumpul bersama keluarga merupakan
hal kecil yang mempengaruhi perkembangan remaja diluar karena pada saat
seperti inilah masing-masing anggota keluarga menceritakan masalah
kepada orang tua atau orang yang lebih tua didalam keluarga tersebut
demi mendapat sebuah solusi yang benar . Karena banyak faktor remaja
melakukan hal negatif adalah karena jarangnya meluangkan waktu untuk
berkumpul bersama keluarga dengan alasan orang tua bekerja dan sibuk
dengan urusan lain, jika didiamkan begitu saja remaja tidak mendapat
teman untuk menceritakan masalah yang dihadapinya sehingga remaja
mencari jalan keluarnya sendiri yang menurutnya benar dan tak jarang
dari keputusan itulah dapat mengorbankan orang lain .
- Masalah ekonomi keluarga
Keluarga miskin mungkin tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan
pendidikan sempurna kepada anak. Makanan dan minuman , tempat kediaman
serta kesehatan yang memadai. Faktor inilah yang mendorong remaja untuk
mengambil sesuatu yang bukan haknya atau mencuri milik orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya dan hal ini akan terus meningkat ke arah yang
lebih ekstrim jika dibiarkan seperti menghilangkan nyawa orang lain demi
suatu hal yang diinginkannya .
2.8 Usaha Menanggulangi Permasalahan Pemuda
Cara yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu
orang tua harus sering menasehati, memberi bimbingan, dan memberi
pengarahan kepada anaknya agar menjadi pemuda yang mudah bersosialisasi
dan bisa hidup mandiri tanpa upaya dan dana orang tuanya. Hal ini
bergantung pada diri pemuda itu sendiri. Jika menurut mereka nasehat
tersebut dapat membantu untuk mengatasi permasalahannya, maka mereka
akan melakukannya. Dan jika mereka tidak membutuhkan nasehat, maka
mereka tidak akan melakukannya. Tetapi pemuda yang baik adalah pemuda
yang selalu mendengarkan nasehat – nasehat yang baik dari orang tuanya.
Setelah memberi tanggapan untuk mengatasi permasalahan.pemuda dalam
generasi nasional, diharapkan pemuda – pemuda dapat meningkatkan sikap
kedewasaannya dalam hal ekonomi dan psikologi. Masyarakat pun akan
bangga. Begitu pun bagi orang tua, akan merasa bangga. Karena mereka
memiliki anak yang baik dan bisa diandalkan sebagai penerus bangsa. Dan
semoga hal ini lebih baik lagi di masa mendatang.
2.9 Perguruan dan Pendidikan
Arti penting dari pendidikan adalah sebagai upaya untuk terciptanya
kualitas sumber daya manusia, sebagai prasarat utama dalam pembangunan.
Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara ‘self propelling’
dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi
minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam
pendidikan penduduknya. Modernisasi Jepang agaknya merupakan contoh
prototipe dalam hubungan ini.
Masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi
pendidikan membentuk manusia-manusia membangun. Dan untuk itu diperlukan
kebijaksanaan terarah dan terpadu di dalam menangani masalah pendidikan
ini. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk, banyaknya jumlah
pencari kerja, “Under utilized population”, kurangnya semangat
kewiraswastaan, merupakan hal-hal yang memerlukan perhatian yang
sungguh-sungguh.
Sebab hal itu semua akan berarti belum terlepasnya Indonesia dari
belenggu keterbelakangan dan kemiskinan sebagaimana diharapkan
pendidikan yang dapat mengembangkan semangat “inner will peningkatan
kemampuan diri dan bangsa” yang terpencar dalam pembangunan pendidikan
mental, intelektuan dan profesional bagi seluruh penduduk dan pemuda
Indonesia.
Sebagai satu bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup
bangsa dan negara Indonesia, maka pendidikan nasional yang dibutuhkan
adalah pendidikan dengan dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila.
Dalam implementasinya, pendidikan tersebut diarahkan menjadi pendidikan
pembangunan, satu pendidikan yang akan membina ketahanan hidup bangsa,
baik secara fisik maupun secara ideologis dan mental. Melalui pendidikan
itu diharapkan bangsa Indonesia akan mampu membebaskan diri dari
belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, melalui suatu alternatif
pembangunan yang lebih baik, serta menghargai kemajuan yang antara lain
bercirikan perubahan yang berkesinambungan.
Untuk itu maka diperlukan adanya perubahan-perubahan secara mendasar
dan mendalam yang menyangkut persepsi, konsepsi serta norma-norma
kependidikan dalam kaitannya dengan cita-cita bermasyarakat Pancasila.
Dalam hal ini kiranya pemerintah telah cukup berhasil dalam menegakkan
landasan-landasan ideal serta landasan koseptual terhadap pembaharuan
pendidikan menuju sistem pendidikan nasional yang tepat arah dan tepat
guna.
BAB III
PENUTUP
- Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang
dapat dibedakan dalam tahap-tahap sebagai berikut : tahap persiapan
(preparatory stage), tahap meniru (play stage), tahap siap bertindak
(game stage), dan tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage).
- Tujuan pokok sosialisasi adalah individu harus diberi ilmu
pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di
masyarakat, individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan
mengembangkan kemampuannya, pengendalian fungsi-fungsi organic yang
dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat, dan bertingkah
laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok
ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
- Peranan pemuda dalam pembangunan masyarakat adalah sebagai agent of change, agent of development, dan agent of modernization.
- Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu
dikembangkan adalah idealisme dan daya kritis, dinamika dan kreativitas,
dan keberanian mengambil resiko.
- Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dari lingkungan
keluarga, orang tua dapat mengembangkan potensi anak mereka sejak
berusia balita, orang tua dapat mengarahkan apa dan kemana potensi yang
dimiliki oleh anak mereka sehingga lahirlah generasi muda yang memiliki
potensi sesuai minat masing-masing anak.
- Masalah-masalah generasi muda diantaranya adalah menurunnya jiwa
nasionalisme, kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap
masa depannya, belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan
fasilitas pendidikan yang tersedia, tingginya jumlah putus sekolah,
kekurangan lapangan kerja, kurangnya gizi yang menghambat perkembangan
kecerdasan, banyaknya perkawinan dibawah umur, penyalahgunaan obat
narkotika dan zat adiktif, masih adanya anak-anak yang hidup
menggelandang, pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan
gejala penyimpangan perilaku (deviant behavior), masuknya budaya barat
(westernisasi culture), dan masih merajalelanya kenakalan remaja.
- Faktor penyebab permasalahan pemuda adalah kurang dalam
mengendalikan diri, kurang masa bersama keluarga, dan masalah ekonomi
keluarga.
- Usaha menanggulangi permasalahan pemuda dapat dilakukan oleh lingkungan terutama pendekatan oleh keluarga dan pendidikan.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009.
Pemuda Sosialisasi Serta Peranannya. http://artikel-mak.blogspot.com. Diakses : 23 Februari 2014
Anonim. 2011.
Pemuda dan Sosialisasi.
http://teknikuim2011.blogspot.com. Diakses : 23 Februari 2014
Atmojo, Adi. 2012.
Pengertian Pemuda dan Sosialisasi. http://adiatmojo1.blogspot.com. Diakses : 23 Februari 2014
Bimo, Agustinus. 2012.
Masalah Pemuda Sosialisasi. http://agustinusbimo.blogspot.com. Diakses : 23 Februari 2014
Intan, Shindy. 2012.
Masalah Kepemudaan. http://shindy1425.blogspot.com/. Diakses : 23 Februari 2014